Space Iklan Banner

Capital Asset Pricing Model (CAPM) : Konsep Dasar , Formula, Teori, Kelebihan dan Kekurangan

Daftar Isi

 

Sumber Gambar :linkedin.com

Definisi Capital Asset Pricing Model (CAPM)

CAPM atau Capital Asset Pricing Model adalah sebuah model ekonomi yang digunakan untuk menilai risiko dan pengembalian dari suatu investasi. Model ini pertama kali dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun 1964 dan kemudian dikembangkan lagi oleh John Lintner dan Jan Mossin.

Dalam CAPM, investasi dianggap sebagai satu-satunya sumber pengembalian bagi para investor. Model ini mengasumsikan bahwa investor hanya akan mempertimbangkan dua faktor utama dalam memilih investasi, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Tingkat pengembalian mengacu pada jumlah uang yang diterima investor dari investasi, sedangkan risiko mengacu pada kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi.

Dengan menggunakan CAPM, investor dapat memilih investasi yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi namun juga mampu mengelola risiko yang ada. Dengan kata lain, model ini memungkinkan investor untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan pengembalian.

 

Konsep Dasar dalam CAPM

Ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami dalam CAPM, yaitu:

1. Return on Investment (ROI)

ROI atau tingkat pengembalian adalah persentase pendapatan yang diperoleh dari investasi dibandingkan dengan jumlah uang yang diinvestasikan. ROI sering digunakan untuk menilai kinerja suatu investasi. Dalam CAPM, ROI digunakan sebagai salah satu faktor utama dalam memilih investasi yang tepat.

2. Risk-Free Rate (Rf)

Risk-free rate adalah tingkat pengembalian yang dianggap bebas risiko dalam investasi. Dalam keuangan, risiko bebas adalah sebuah investasi yang dianggap memiliki risiko paling rendah. Dalam CAPM, risk-free rate dianggap sebagai tingkat pengembalian yang aman tanpa risiko investasi, seperti deposito atau obligasi pemerintah yang dianggap memiliki risiko paling rendah.

3. Market Risk Premium (Rm)

Market risk premium adalah perbedaan antara return yang diharapkan dari pasar secara keseluruhan dan risk-free rate. Rm merupakan indikator dari risiko yang terlibat dalam berinvestasi di pasar secara keseluruhan. Semakin tinggi Rm, semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh investor.

4. Beta (β)

Beta adalah ukuran dari volatilitas atau fluktuasi harga saham dari suatu perusahaan dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan. Beta digunakan untuk mengukur risiko sistematis atau risiko yang terkait dengan pasar secara keseluruhan. Semakin tinggi beta suatu saham, semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh investor.

5. Market Risk (σm)

Market risk adalah risiko yang terkait dengan pasar secara keseluruhan. Dalam CAPM, market risk diukur dengan menggunakan standar deviasi (σ) dari tingkat pengembalian pasar. Standar deviasi merupakan ukuran dari fluktuasi tingkat pengembalian dari rata-rata tingkat pengembalian pasar.

 

Formula CAPM

Rumus CAPM adalah sebagai berikut:

E(Ri) = Rf + βi (Rm - Rf)

Dimana:

E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi

Rf = Risk-free rate

βi = Beta dari investasi

Rm = Market risk premium

Rm - Rf = Expected market return

Rm - Rf = Market risk premium

E(Ri) - Rf = βi (Rm - Rf)

Dari formula di atas, kita dapat mengetahui bahwa beta merupakan faktor yang sangat penting dalam CAPM. Beta adalah ukuran risiko yang tidak dapat dihilangkan dari suatu investasi, karena beta merupakan ukuran risiko sistematis yang berkaitan dengan pasar secara keseluruhan.

 

Teori CAPM

Teori CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah sebuah konsep yang digunakan untuk menentukan expected return (return yang diharapkan) suatu aset keuangan berdasarkan risiko yang dimilikinya. Teori ini dikembangkan oleh William F. Sharpe pada tahun 1964 dan sering digunakan dalam pasar modal untuk menghitung nilai wajar suatu saham atau portofolio investasi.

Asumsi Dasar dalam CAPM

Dalam CAPM, terdapat beberapa asumsi dasar yang digunakan untuk memprediksi expected return suatu aset. Asumsi-asumsi tersebut antara lain:

  1. Investor Bersikap Rasional

Asumsi ini menyatakan bahwa semua investor memiliki perilaku yang rasional dan selalu memaksimalkan keuntungan serta meminimalkan risiko dalam pengambilan keputusan investasi. Investor juga dianggap memiliki akses yang sama terhadap informasi pasar dan berinvestasi untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

  1. Pasar Bebas dan Efisien

CAPM mengasumsikan bahwa pasar keuangan adalah pasar yang bebas dan efisien. Artinya, semua informasi yang relevan dengan harga aset telah tercermin secara akurat dalam harga pasar saat ini. Hal ini berarti tidak ada kesempatan arbitrase (perdagangan yang memanfaatkan perbedaan harga di pasar yang berbeda) yang dapat dilakukan oleh investor untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari pasar.

  1. Tidak Ada Biaya Transaksi dan Pajak

Asumsi ini menyatakan bahwa tidak ada biaya transaksi dan pajak yang dikenakan dalam proses pembelian dan penjualan aset. Hal ini memungkinkan CAPM untuk fokus pada risiko sistematis (risiko yang tidak dapat dihindari) daripada risiko spesifik (risiko yang dapat dihindari) yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti biaya transaksi dan pajak.

  1. Portofolio Aset yang Beragam

CAPM mengasumsikan bahwa semua investor memiliki portofolio yang beragam, yang berarti mereka tidak menginvestasikan seluruh dana mereka dalam satu aset saja. Dengan berinvestasi dalam portofolio yang beragam, risiko dapat dikurangi dan expected return dapat ditingkatkan.

 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Expected Return dalam CAPM

Dalam CAPM, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi expected return suatu aset, yaitu risiko sistematis, risiko spesifik, dan tingkat return bebas risiko.

  1. Risiko Sistematis

Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat dihindari dan merupakan risiko yang dihadapi oleh seluruh pasar. Contohnya adalah kenaikan suku bunga, fluktuasi nilai tukar, dan perubahan kebijakan pemerintah. Risiko ini tidak dapat dieliminasi melalui diversifikasi portofolio dan menyebabkan expected return menjadi lebih rendah.

  1. Risiko Spesifik

Risiko spesifik adalah risiko yang dapat dihindari dan merupakan risiko yang dihadapi oleh satu perusahaan atau satu sektor pasar. Contohnya adalah risiko bisnis seperti penurunan penjualan atau kegagalan proyek. Risiko ini dapat dieliminasi melalui diversifikasi portofolio dan tidak mempengaruhi expected return secara signifikan.

  1. Tingkat Return Bebas Risiko

Tingkat return bebas risiko adalah tingkat return yang diharapkan oleh investor jika menginvestasikan dana mereka dalam aset yang bebas risiko, seperti obligasi pemerintah. Tingkat return ini dianggap sebagai tingkat nol risiko karena aset tersebut dianggap tidak memiliki risiko default (gagal bayar). Tingkat return bebas risiko menjadi acuan untuk menghitung expected return dari aset yang memiliki risiko.

 

Penggunaan Capital Market Line (CML) dalam CAPM

Capital Market Line (CML) adalah sebuah garis linear yang menunjukkan hubungan antara expected return dan risiko sistematis dari suatu portofolio investasi. CML digunakan dalam CAPM untuk menentukan harga wajar suatu aset berdasarkan risiko sistematis yang dimilikinya.

CML dibuat berdasarkan dua konsep utama dalam CAPM, yaitu risiko sistematis dan tingkat return bebas risiko. Dengan menggunakan CML, investor dapat membandingkan expected return dari suatu aset dengan expected return yang diharapkan dari portofolio yang berisiko mirip. Jika expected return dari suatu aset berada di bawah CML, maka aset tersebut dianggap tidak layak untuk dibeli karena tidak memberikan expected return yang sebanding dengan risiko yang ditanggung.

Namun, jika expected return dari suatu aset berada di atas CML, maka aset tersebut dianggap sebagai aset yang menguntungkan untuk dibeli karena memberikan expected return yang lebih tinggi dari risiko yang ditanggung. Dengan demikian, CML dapat membantu investor untuk mengambil keputusan investasi yang lebih bijak dan menghindari aset yang tidak menguntungkan.

 

Penerapan CAPM dalam Praktik

CAPM (Capital Asset Pricing Model) merupakan salah satu model yang digunakan untuk menentukan expected return (imbal hasil yang diharapkan) dari sebuah aset. Model ini sangat penting dalam dunia investasi, terutama dalam menentukan nilai saham yang akan dibeli atau dijual. Dengan menggunakan CAPM, investor dapat memprediksi imbal hasil yang akan diperoleh dari suatu aset dan membuat keputusan investasi yang lebih cerdas. Namun, seperti model matematis lainnya, CAPM juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakannya.

Cara Penggunaan CAPM dalam Menentukan Expected Return Suatu Aset

CAPM didasarkan pada beberapa asumsi, di antaranya adalah adanya hubungan positif antara risiko dan imbal hasil serta adanya risiko sistematis yang tidak dapat dihindari. Dengan asumsi ini, CAPM menyatakan bahwa expected return suatu aset adalah jumlah dari imbal hasil bebas risiko (risk-free rate) dan risiko premium (risk premium) yang disesuaikan dengan tingkat risiko sistematis (beta) dari aset tersebut.

Untuk menghitung expected return suatu aset menggunakan CAPM, kita perlu mengikuti langkah-langkah berikut:

  1. Tentukan tingkat imbal hasil bebas risiko
    Tingkat imbal hasil bebas risiko merupakan tingkat imbal hasil yang diharapkan dari suatu investasi yang bebas risiko, seperti surat utang negara. Untuk investasi dalam mata uang rupiah, tingkat ini dapat diwakili oleh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau Obligasi Pemerintah Indonesia (ORI).

  2. Hitung risiko premium
    Risiko premium merupakan selisih antara expected return suatu aset dengan tingkat imbal hasil bebas risiko. Risiko premium dapat dihitung dengan mengalikan beta aset tersebut dengan selisih antara imbal hasil pasar (market return) dan tingkat imbal hasil bebas risiko.

  3. Tentukan beta aset
    Beta merupakan ukuran risiko sistematis suatu aset dibandingkan dengan risiko pasar secara keseluruhan. Beta dapat diperoleh dari data historis pergerakan harga saham aset tersebut. Jika beta lebih besar dari 1, aset tersebut dianggap lebih berisiko daripada pasar secara keseluruhan. Jika beta kurang dari 1, aset tersebut dianggap kurang berisiko daripada pasar.

  4. Hitung expected return
    Setelah semua variabel terpenuhi, kita dapat menghitung expected return suatu aset dengan rumus sebagai berikut: Expected Return = Imbal Hasil Bebas Risiko + (Risiko Premium x Beta)

Contoh Penerapan CAPM dalam Investasi Saham

Misalnya, sebuah perusahaan saham XYZ memiliki beta sebesar 1,5 dan risiko premium sebesar 4%. Jika tingkat imbal hasil bebas risiko saat ini adalah 5%, maka expected return dari saham XYZ dapat dihitung sebagai berikut:

Expected Return = 5% + (4% x 1,5) = 11%

Dengan demikian, investor dapat memprediksi bahwa saham XYZ memiliki expected return sebesar 11%, yang merupakan jumlah dari imbal hasil bebas risiko dan risiko premium yang disesuaikan dengan tingkat risiko aset tersebut.

 

Kelebihan dan Kekurangan dari CAPM

Kelebihan:

  1. Menggunakan Model yang Sederhana

CAPM menggunakan formula yang sederhana sehingga mudah dipahami dan diaplikasikan oleh para investor. Model ini juga dapat diukur dengan mudah dan dapat memberikan pemahaman yang jelas tentang risiko dan pengembalian suatu investasi.

  1. Mengasumsikan Investor yang Rasional

CAPM mengasumsikan bahwa investor adalah rasional dan hanya mempertimbangkan dua faktor utama dalam memilih investasi, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Hal ini membuat model ini dapat memberikan penilaian yang lebih objektif.

Kekurangan:

  1. Tidak Memperhitungkan Faktor Eksternal

CAPM tidak mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti peristiwa politik, kondisi ekonomi global, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam menilai risiko dan pengembalian dari suatu investasi.

  1. Mengabaikan Risiko Unik

CAPM mengabaikan risiko unik dari suatu investasi, yaitu risiko yang tidak berkaitan dengan pasar secara keseluruhan. Risiko ini dapat mempengaruhi pengembalian dari suatu investasi secara signifikan, namun tidak dihitung dalam model ini.

 

Kesimpulan

CAPM adalah sebuah model ekonomi yang digunakan untuk menilai risiko dan pengembalian dari suatu investasi. Dengan menggunakan CAPM, investor dapat memilih investasi yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi namun juga mampu mengelola risiko yang ada. Namun, model ini juga memiliki kekurangan, seperti tidak mempertimbangkan faktor eksternal dan mengabaikan risiko unik dari suatu investasi. Oleh karena itu, model ini sebaiknya digunakan sebagai salah satu alat bantu dalam pengambilan keputusan investasi, bukan sebagai satu-satunya faktor yang dipertimbangkan.

 

Posting Komentar

Space Iklan Banner