Penjelasan Lengkap Taksonomi Bloom (Revisi) dan Kata Kerja Operasional
Sumber Gambar :unila.ac.id |
Taksonomi Bloom merupakan suatu teori yang dikembangkan oleh seorang psikolog bernama Benjamin Bloom pada tahun 1956. Teori ini menyajikan klasifikasi jenis-jenis tujuan pembelajaran yang bisa dicapai oleh siswa melalui proses pembelajaran. Taksonomi Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Namun, pada tahun 2001, Taksonomi Bloom mengalami revisi oleh Anderson dan Krathwohl dengan menambahkan tingkatan baru yaitu mengingat (remembering) serta mencipta (creating). Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai Taksonomi Bloom (Revisi) dan kata kerja operasional yang sesuai dengan masing-masing tingkatan.
1. Pengetahuan (Knowledge)
Tingkatan pertama dalam Taksonomi Bloom adalah pengetahuan, di mana siswa hanya perlu mampu mengingat informasi yang telah dipelajari. Kata kerja operasional yang cocok untuk tingkatan pengetahuan antara lain mengingat, mendefinisikan, mengidentifikasi, dan menamakan. Contoh kegiatan yang sesuai dengan tingkatan pengetahuan adalah menghafal fakta-fakta, mengingat rumus matematika, atau mengidentifikasi karakteristik suatu objek. Referensi yang dapat digunakan untuk mendalami tingkatan pengetahuan ini adalah buku "Teaching for Critical Thinking: Tools and Techniques to Help Students Question Their Assumptions" oleh Stephen D. Brookfield.
2. Pemahaman (Comprehension)
Setelah siswa mampu mengingat informasi, langkah selanjutnya adalah pemahaman. Pada tingkatan ini, siswa diharapkan mampu menjelaskan informasi yang telah dipelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri. Kata kerja operasional yang sesuai untuk tingkatan pemahaman antara lain menginterpretasikan, mengilustrasikan, menyimpulkan, dan memprediksi. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tingkatan pemahaman adalah merangkum isi suatu teks, menyimpulkan sebuah cerita, atau memprediksi hasil dari sebuah percobaan. Salah satu referensi yang dapat membantu dalam memahami tingkatan pemahaman adalah buku "How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms" oleh Carol Ann Tomlinson.
3. Aplikasi (Application)
Tingkatan ketiga dalam Taksonomi Bloom adalah aplikasi, di mana siswa diharapkan mampu menggunakan informasi yang telah dipelajari dalam situasi yang berbeda. Kata kerja operasional yang sesuai untuk tingkatan aplikasi antara lain menerapkan, memecahkan, mengimplementasikan, dan mengubah. Contoh kegiatan yang relevan dengan tingkatan aplikasi adalah mengerjakan soal-soal latihan yang mengharuskan siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari, mengimplementasikan strategi yang telah dipelajari dalam sebuah proyek, atau mengubah format sebuah informasi menjadi bentuk yang berbeda. Referensi yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman tentang tingkatan aplikasi adalah buku "The Understanding by Design Guide to Creating High-Quality Units" oleh Grant Wiggins dan Jay McTighe.
4. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan tingkatan keempat dalam Taksonomi Bloom, di mana siswa diharapkan mampu memecah informasi yang telah dipelajari menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk dipahami dengan lebih baik. Kata kerja operasional yang relevan untuk tingkatan analisis antara lain membedah, memisahkan, mengidentifikasi hubungan, dan mengkategorikan. Contoh kegiatan yang sesuai dengan tingkatan analisis adalah mengidentifikasi pola dalam sebuah data, memisahkan informasi utama dan informasi pendukung dalam sebuah teks, atau mengkategorikan objek-objek berdasarkan ciri-ciri tertentu. Referensi yang dapat membantu dalam memahami tingkatan analisis ini adalah buku "Visible Learning for Mathematics, Grades K-12: What Works Best to Optimize Student Learning" oleh John A. Hattie.
5. Sintesis (Synthesis)
Tingkatan kelima dalam Taksonomi Bloom adalah sintesis, di mana siswa diharapkan mampu menggabungkan informasi yang telah dipelajari untuk menciptakan sesuatu yang baru. Kata kerja operasional yang sesuai untuk tingkatan sintesis antara lain membuat, merancang, menyusun, dan menyusun kembali. Contoh kegiatan yang relevan dengan tingkatan sintesis adalah membuat rencana tindakan berdasarkan informasi yang telah dipelajari, merancang produk baru berdasarkan konsep yang telah dipelajari, atau menyusun kembali argumen untuk mendukung pendapat tertentu. Salah satu referensi yang dapat membantu dalam memahami tingkatan sintesis adalah buku "Creating Cultures of Thinking: The 8 Forces We Must Master to Truly Transform Our Schools" oleh Ron Ritchhart.
6. Evaluasi (Evaluation)
Tingkatan terakhir dalam Taksonomi Bloom adalah evaluasi, di mana siswa diharapkan mampu mengevaluasi informasi yang telah dipelajari berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kata kerja operasional yang sesuai untuk tingkatan evaluasi antara lain menilai, menilai kembali, mempertimbangkan, dan membandingkan. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tingkatan evaluasi adalah menilai keefektifan suatu strategi pembelajaran, menilai kualitas suatu produk berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, atau membandingkan sudut pandang dari beberapa sumber informasi yang berbeda. Referensi yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman tentang tingkatan evaluasi ini adalah buku "Assessment Essentials for Standards-Based Education" oleh James H. McMillan.
Revisi Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom adalah kerangka kerja yang digunakan oleh pendidik untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran dan mengembangkan tes dan aktivitas pembelajaran yang sesuai. Dikembangkan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956, taksonomi ini telah menjadi dasar penting dalam pengembangan kurikulum dan pengajaran di seluruh dunia.
Namun, seiring berkembangnya teknologi dan perubahan dalam dunia pendidikan, kebutuhan akan perbaruan taksonomi ini semakin meningkat. Pada tahun 2001, Lorin Anderson dan David Krathwohl, yang merupakan mantan mahasiswa Benjamin Bloom, memimpin revisi taksonomi ini. Hasilnya adalah Revisi Taksonomi Bloom yang baru, yang sekarang telah menjadi panduan utama bagi pendidik dan pembelajar di era modern.
Tujuan Revisi
Tujuan utama dari Revisi Taksonomi Bloom adalah untuk memperluas, memodernisasi, dan memperbarui taksonomi asli agar sesuai dengan kebutuhan pendidikan saat ini. Hal ini juga dilakukan untuk mengatasi kritik yang muncul terhadap taksonomi asli, seperti kurangnya kesesuaian dengan kurikulum modern dan ketidakjelasan dalam klasifikasi tingkat kognitif.
Pembaharuan ini juga bertujuan untuk lebih mempertimbangkan penggunaan teknologi dan integrasi kemampuan 21st century, seperti kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, Revisi Taksonomi Bloom ini bertujuan untuk memberikan panduan yang lebih komprehensif dan relevan bagi pendidik dan pembelajar di era digital ini.
Struktur Revisi
Revisi Taksonomi Bloom mempertahankan struktur enam level yang sama seperti taksonomi asli, tetapi mengubah nama dan deskripsi dari setiap level. Level-level tersebut adalah mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating).
- Level pertama, mengingat, sekarang dikenal sebagai mengingat (remembering). Ini mencakup kemampuan untuk mengingat dan mengulang informasi yang telah dipelajari, seperti fakta, konsep, dan prosedur. Namun, revisi ini menekankan pentingnya penggunaan teknologi untuk membantu siswa mengingat informasi, seperti menggunakan flashcards digital atau aplikasi pengingat.
- Level kedua, memahami, sekarang dikenal sebagai memahami (understanding). Ini mencakup kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan informasi yang dipelajari. Namun, revisi ini juga menambahkan kemampuan untuk menghubungkan informasi dengan dunia nyata dan menerapkan konsep yang dipelajari dalam situasi baru.
- Level ketiga, menerapkan, sekarang dikenal sebagai menerapkan (applying). Ini mencakup kemampuan untuk menggunakan informasi yang dipelajari untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru. Dalam revisi ini, level ini juga mencakup kemampuan untuk membuat simulasi dan menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah.
- Level keempat, menganalisis, sekarang dikenal sebagai menganalisis (analyzing). Ini mencakup kemampuan untuk memecah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami hubungan antara bagian-bagian tersebut. Namun, revisi ini juga menekankan kemampuan untuk menggunakan teknologi seperti spreadsheet atau software visualisasi data untuk menganalisis informasi.
- Level kelima, mengevaluasi, sekarang dikenal sebagai mengevaluasi (evaluating). Ini mencakup kemampuan untuk menilai keefektifan informasi atau solusi yang dipelajari. Dalam revisi ini, level ini juga mencakup kemampuan untuk membuat argumentasi yang didukung oleh informasi yang dipelajari.
- Level keenam, mencipta, sekarang dikenal sebagai mencipta (creating). Ini mencakup kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan informasi yang dipelajari. Namun, revisi ini juga menambahkan kemampuan untuk berkolaborasi dan menggunakan teknologi untuk membuat dan berbagi karya yang baru.
Implikasi bagi Pendidikan
Revisi Taksonomi Bloom memiliki dampak yang signifikan dalam pendidikan saat ini. Para pendidik sekarang dapat menggunakan taksonomi yang lebih relevan dan komprehensif dalam merencanakan tujuan pembelajaran dan mengembangkan aktivitas pembelajaran yang sesuai. Hal ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia yang terus berkembang dengan teknologi yang semakin maju.
Selain itu, revisi ini juga menekankan pentingnya penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Hal ini menuntut para pendidik untuk memahami dan mengintegrasikan teknologi dalam proses pengajaran mereka. Dengan demikian, Revisi Taksonomi Bloom ini juga berkontribusi pada pengembangan pendidikan yang lebih modern dan relevan dengan kebutuhan masa kini.
Kata Kerja Operasional (KKO)
Kata Kerja Operasional (KKO) adalah sebuah konsep yang digunakan dalam manajemen operasional untuk menggambarkan kegiatan atau tindakan yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. KKO seringkali disebut juga sebagai Kata Kerja Utama (KKU) atau Key Performance Indicators (KPI) dan merupakan bagian penting dalam proses manajemen operasional yang efektif.
Secara umum, KKO dapat didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk mengukur, mengontrol, dan meningkatkan kinerja suatu organisasi. KKO dapat berupa tindakan yang direncanakan dan dijalankan secara teratur, atau dapat juga berupa kegiatan yang dilakukan secara spontan untuk mengatasi masalah yang muncul dalam operasional. Tujuan utama dari KKO adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional sehingga organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam dunia bisnis, KKO seringkali digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja dan produktivitas karyawan. Dengan mengukur KKO, manajer dapat mengetahui apakah karyawan telah mencapai target yang telah ditetapkan atau masih perlu meningkatkan kinerja mereka. Selain itu, KKO juga dapat digunakan untuk melacak kemajuan proyek atau program tertentu, sehingga manajer dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam mengalokasikan sumber daya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan KKO yang tepat untuk organisasi, di antaranya adalah tujuan organisasi, jenis industri, dan strategi yang digunakan. Tujuan organisasi yang jelas dan spesifik akan memudahkan dalam menentukan KKO yang sesuai. Misalnya, jika tujuan utama suatu organisasi adalah untuk meningkatkan pendapatan, maka KKO yang tepat dapat berupa peningkatan penjualan, pengurangan biaya produksi, atau peningkatan efisiensi operasional lainnya. Selain itu, KKO yang dipilih juga harus sesuai dengan jenis industri yang dijalankan. Misalnya, KKO yang digunakan dalam industri manufaktur akan berbeda dengan yang digunakan dalam industri jasa. Strategi organisasi juga dapat mempengaruhi pemilihan KKO yang tepat. Jika organisasi menerapkan strategi diferensiasi, maka KKO yang dipilih akan berfokus pada kualitas produk atau layanan, sedangkan jika organisasi menerapkan strategi biaya rendah, maka KKO yang digunakan akan berfokus pada pengurangan biaya produksi.
Pemilihan dan penggunaan KKO yang tepat juga dapat memberikan manfaat bagi organisasi, di antaranya adalah:
Mengukur kinerja: Dengan menggunakan KKO yang tepat, manajer dapat mengukur kinerja karyawan, departemen, atau keseluruhan organisasi. Hal ini akan membantu dalam mengetahui apakah organisasi telah mencapai tujuan yang ditetapkan atau masih perlu meningkatkan kinerja.
Mengidentifikasi masalah: KKO dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah atau kendala yang ada dalam operasional organisasi. Dengan mengetahui masalah yang ada, manajer dapat membuat langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional.
Meningkatkan motivasi karyawan: Dengan menetapkan KKO yang spesifik dan terukur, karyawan akan memiliki target yang jelas yang harus dicapai. Hal ini dapat meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja lebih baik dan mencapai target yang telah ditetapkan.
Menghindari keputusasaan: Dalam situasi yang sulit, KKO dapat menjadi petunjuk bagi karyawan dan manajer untuk mengetahui arah yang harus diambil untuk mengatasi masalah dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya KKO, organisasi dapat menghindari rasa keputusasaan dan tetap berfokus pada upaya untuk meningkatkan kinerja.
Meskipun KKO memiliki banyak manfaat, namun terdapat juga beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam penerapannya. Beberapa tantangan tersebut adalah:
Tidak sesuai dengan tujuan organisasi: Jika KKO yang dipilih tidak sesuai dengan tujuan organisasi, maka akan sulit untuk menilai kinerja organisasi secara akurat. Hal ini dapat mengakibatkan penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan efektif.
Tidak terukur dengan baik: KKO yang tidak terukur dengan baik akan sulit untuk dievaluasi dan dapat menyebabkan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pemilihan KKO yang tepat dan pengukuran yang akurat sangat penting dalam proses manajemen operasional.
Tidak konsisten: KKO yang tidak konsisten dapat menyebabkan kesulitan dalam membandingkan kinerja dari waktu ke waktu. Hal ini dapat mengurangi keefektifan KKO dalam mengukur kinerja organisasi.
Kurangnya dukungan dari karyawan: Jika karyawan tidak memahami dan tidak mendukung KKO yang ditetapkan, maka sulit untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan karyawan dalam proses pemilihan dan penerapan KKO.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa KKO merupakan salah satu konsep penting dalam manajemen operasional yang digunakan untuk mengukur, mengontrol, dan meningkatkan kinerja organisasi. Pemilihan KKO yang tepat dan pengukuran yang akurat adalah kunci dalam memastikan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, organisasi harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan KKO dan mengatasi tantangan yang mungkin muncul dalam penerapan KKO.
Kesimpulan:
Dalam pembelajaran, Taksonomi Bloom (Revisi) dapat menjadi pedoman yang berguna untuk merancang tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan keterampilan siswa. Dengan memahami setiap tingkatan Taksonomi Bloom beserta kata kerja operasional yang sesuai, pendidik dapat lebih mudah mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif dan bervariasi. Selain itu, referensi-referensi yang disebutkan juga dapat menjadi sumber inspirasi dan panduan dalam mengimplementasikan Taksonomi Bloom dalam konteks pembelajaran.
FAQ
Apa itu Taksonomi Bloom? Taksonomi Bloom adalah suatu teori klasifikasi jenis-jenis tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956.
Apa yang membedakan Taksonomi Bloom dengan Taksonomi Bloom (Revisi)? Taksonomi Bloom (Revisi) mengalami penambahan dua tingkatan baru, yaitu mengingat dan mencipta, oleh Anderson dan Krathwohl pada tahun 2001.
Mengapa penting untuk memahami Taksonomi Bloom dalam konteks pembelajaran? Dengan memahami Taksonomi Bloom, pendidik dapat merancang tujuan pembelajaran yang lebih spesifik dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.
Bagaimana cara mengimplementasikan Taksonomi Bloom dalam pembelajaran? Pendidik dapat mengimplementasikan Taksonomi Bloom dengan merancang aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan setiap tingkatan, serta menggunakan kata kerja operasional yang relevan untuk setiap tingkatan.
Posting Komentar