Pengertian Fixed Exchange Rate : Sejarah, Perbandingan, Faktor-faktor, Keuntungan dan Kerugian
Sumber Gambar : freepik |
Pengertian Fixed Exchange Rate
Pengertian Fixed Exchange Rate (FER) atau disebut juga dengan kurs tetap adalah sistem nilai tukar mata uang yang ditetapkan oleh pemerintah suatu negara, di mana nilai tukar mata uang tersebut akan tetap terhadap mata uang asing. Sistem FER ini bertujuan untuk mengontrol fluktuasi nilai tukar mata uang dan menjaga stabilitas ekonomi suatu negara.
Sistem FER telah diterapkan sejak awal abad ke-19, di mana pada saat itu negara-negara Eropa mulai memperkenalkan sistem standar emas. Namun, pada tahun 1930-an, sebagian besar negara Eropa kemudian meninggalkan sistem standar emas dan beralih ke sistem FER. Hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi global yang terjadi pada saat itu, dan juga sebagai upaya untuk menghindari fluktuasi nilai tukar mata uang yang dapat mempengaruhi perdagangan internasional.
Dalam sistem FER, nilai tukar suatu mata uang ditentukan berdasarkan nilai tukar tetap terhadap mata uang asing yang ditetapkan oleh pemerintah. Misalnya, jika pemerintah suatu negara menetapkan FER sebesar 1 USD = 10.000 Rupiah, maka nilai tukar Rupiah akan selalu 10.000 Rupiah untuk setiap 1 USD yang dibelanjakan.
Pemerintah biasanya menetapkan FER dengan tujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menghindari fluktuasi nilai tukar yang berlebihan. Dengan sistem FER, nilai tukar mata uang akan cenderung stabil dan dapat memberikan kepastian bagi para pelaku ekonomi, seperti produsen, importir, dan eksportir.
Namun, sistem FER juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah ketidakmampuan untuk menyesuaikan nilai tukar mata uang dengan kondisi perekonomian yang sebenarnya. Jika terjadi ketidakseimbangan antara nilai tukar tetap dan kondisi ekonomi yang sebenarnya, maka bisa terjadi ketidakcocokan antara nilai tukar dan harga barang yang dapat mempengaruhi perdagangan internasional.
Selain itu, sistem FER juga dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan antara nilai tukar resmi dan nilai tukar di pasar. Hal ini dapat memicu kegiatan spekulasi dan perdagangan mata uang yang tidak sehat, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi.
Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan pengawasan yang ketat dan mengambil kebijakan yang tepat untuk memastikan sistem FER dapat berjalan dengan baik. Salah satu kebijakan yang dapat diambil adalah dengan mempercayakan tugas pengaturan nilai tukar kepada bank sentral, yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar mata uang.
Di sisi lain, sistem FER juga memiliki beberapa keuntungan. Dengan sistem ini, negara dapat menjaga stabilitas harga dan inflasi yang dapat berdampak positif pada perekonomian. Hal ini juga dapat meningkatkan kepercayaan investor asing untuk berinvestasi di negara tersebut, karena nilai tukar yang stabil memberikan kepastian dan mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar.
Di Indonesia, sistem FER telah diterapkan sejak tahun 1971 dan dikenal dengan sebutan Kurs Tetap Patokan. Namun, pada tahun 1997, pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk melepaskan sistem FER dan beralih ke sistem nilai tukar mengambang bebas, yang dikenal sebagai Floating Exchange Rate (FER).
Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada saat itu dan menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi global yang semakin terintegrasi. Namun, beberapa negara masih menerapkan sistem FER, seperti Cina dan Uni Emirat Arab.
Sejarah penggunaan Fixed Exchange Rate
Fixed Exchange Rate, atau yang juga dikenal sebagai sistem nilai tukar tetap, adalah suatu sistem di mana nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan dan dipertahankan pada tingkat yang tetap terhadap mata uang asing tertentu. Sistem ini mulai dikenal pada abad ke-19, ketika mayoritas negara-negara di dunia masih menggunakan sistem nilai tukar yang fleksibel, yang disebut juga dengan sistem nilai tukar mengambang.
Pada awalnya, sistem nilai tukar tetap digunakan oleh negara-negara Eropa yang tergabung dalam Perhimpunan Ekonomi Eropa (EEC), yang kemudian menjadi Uni Eropa (UE). Sistem ini diterapkan untuk menciptakan stabilitas dan kepastian dalam perdagangan internasional serta untuk menghindari terjadinya kebangkrutan.
Namun, pada tahun 1971, Amerika Serikat (AS) yang pada saat itu merupakan negara dengan mata uang yang paling berpengaruh di dunia, mengumumkan pemutusan hubungan dengan sistem nilai tukar tetap dan beralih ke sistem nilai tukar mengambang. Hal ini memicu terjadinya fluktuasi nilai tukar yang signifikan dan mempengaruhi perekonomian global.
Negara mana saja yang menggunakan sistem ini
Meskipun saat ini sistem nilai tukar mengambang telah menjadi sistem yang paling umum digunakan di seluruh dunia, masih ada beberapa negara yang masih menerapkan sistem nilai tukar tetap. Beberapa negara yang menggunakan sistem ini antara lain Cina, Hong Kong, Malaysia, Brunei Darussalam, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Cina merupakan salah satu negara yang paling dikenal dengan sistem nilai tukar tetapnya. Pada tahun 1994, pemerintah Cina memutuskan untuk mengunci nilai tukar Yuan terhadap Dolar AS dengan nilai yang tetap. Hal ini dilakukan untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan meningkatkan daya saing negara dalam pasar global.
Sementara itu, negara-negara seperti Hong Kong, Malaysia, dan Brunei Darussalam menggunakan sistem nilai tukar yang disebut sebagai pegged exchange rate, di mana nilai tukar mata uangnya diikat pada mata uang asing tertentu, namun masih diperbolehkan untuk mengalami fluktuasi dalam batas yang telah ditetapkan.
Keuntungan dan kerugian bagi negara yang menerapkan Fixed Exchange Rate
Setiap sistem memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk sistem nilai tukar tetap. Sebagai contoh, keuntungan utama dari sistem ini adalah menciptakan stabilitas dan kepastian dalam perdagangan internasional. Dengan nilai tukar yang tetap, pemerintah dapat merencanakan dan mengatur kebijakan ekonomi dengan lebih baik tanpa harus khawatir terhadap fluktuasi nilai tukar yang terjadi di pasar global.
Selain itu, sistem ini juga dapat memberikan keuntungan bagi investor asing, karena mereka dapat memprediksi jumlah yang tepat yang akan mereka terima ketika mereka melakukan investasi di negara yang menerapkan sistem nilai tukar tetap. Ini juga dapat menarik lebih banyak modal asing untuk masuk ke negara tersebut.
Namun, di sisi lain, sistem nilai tukar tetap juga memiliki kerugian. Salah satu kerugian utamanya adalah kurangnya fleksibilitas. Dalam sistem ini, nilai tukar tidak dapat menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi dan perdagangan yang berubah, seperti misalnya fluktuasi harga komoditas. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan perdagangan dan tekanan pada perekonomian negara yang menerapkan sistem ini.
Selain itu, sistem ini juga dapat menyebabkan masalah inflasi. Ketika nilai tukar tetap terlalu tinggi, hal ini dapat menyebabkan harga barang dan jasa menjadi lebih mahal dan akhirnya dapat memicu inflasi yang tinggi.
Di samping itu, sistem nilai tukar tetap juga membutuhkan cadangan devisa yang cukup besar untuk mempertahankan nilai tukar yang tetap. Pada saat terjadi fluktuasi besar di pasar global, cadangan devisa negara tersebut dapat terkuras habis untuk mempertahankan nilai tukar yang telah ditetapkan.
Keuntungan dan Kerugian Fixed Exchange Rate
Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) adalah sistem di mana nilai tukar mata uang suatu negara dipatok terhadap mata uang lain atau sekeranjang mata uang (seperti SDR) dengan rasio yang stabil. Hal ini berarti pemerintah atau bank sentral bertanggung jawab untuk menjaga nilai tukar tetap pada tingkat yang telah ditentukan.
Keuntungan Fixed Exchange Rate:
- Stabilitas: Fixed exchange rate memberikan stabilitas nilai tukar, yang dapat membantu bisnis dan investor untuk merencanakan dan melakukan transaksi dengan lebih mudah dan terukur.
- Prediktabilitas: Pengusaha dan investor dapat memprediksi nilai tukar di masa depan dengan lebih akurat, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik terkait perdagangan dan investasi.
- Pengendalian Inflasi: Fixed exchange rate dapat membantu mengendalikan inflasi, karena impor menjadi lebih murah dan importir tidak dapat menaikkan harga secara mudah karena nilai tukar yang stabil.
- Meningkatkan Kepercayaan Investor: Fixed exchange rate dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap ekonomi suatu negara, karena menunjukkan komitmen pemerintah terhadap stabilitas ekonomi.
- Mempermudah Perdagangan Internasional: Fixed exchange rate dapat mempermudah perdagangan internasional, karena nilai tukar yang stabil mengurangi risiko mata uang bagi importir dan eksportir.
Kerugian Fixed Exchange Rate:
- Kehilangan Kemandirian Kebijakan Moneter: Pemerintah atau bank sentral kehilangan sebagian kemandirian kebijakan moneternya, karena mereka harus fokus pada menjaga nilai tukar tetap daripada mengendalikan variabel ekonomi lainnya seperti suku bunga.
- Kerentanan Terhadap Guncangan Eksternal: Fixed exchange rate rentan terhadap guncangan eksternal, seperti krisis ekonomi di negara lain atau perubahan drastis dalam harga komoditas. Hal ini dapat memaksa pemerintah untuk melakukan intervensi pasar yang mahal dan mengganggu stabilitas ekonomi.
- Kesulitan Menyesuaikan Diri Terhadap Perubahan Ekonomi: Fixed exchange rate dapat membuat suatu negara sulit untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ekonomi global, seperti perubahan permintaan ekspor atau impor.
- Potensi Resesi: Jika nilai tukar pasar sebenarnya berbeda dengan nilai tukar yang ditetapkan, hal ini dapat memicu resesi karena pemerintah atau bank sentral harus melakukan intervensi pasar yang besar-besaran.
- Biaya Tinggi: Menjaga nilai tukar tetap pada tingkat yang stabil membutuhkan biaya yang tinggi, karena pemerintah atau bank sentral harus membeli dan menjual mata uang di pasar valuta asing.
Perbandingan dengan Flexible Exchange Rate
Fixed exchange rate dan flexible exchange rate adalah dua sistem nilai tukar yang umum digunakan di dunia. Masing-masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, dan pilihan sistem yang tepat untuk suatu negara tergantung pada berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi, politik, dan sosial.
Berikut adalah tabel perbandingan antara fixed exchange rate dan flexible exchange rate:
Fitur | Fixed Exchange Rate | Flexible Exchange Rate |
---|---|---|
Nilai tukar | Ditetapkan dan dijaga stabil oleh pemerintah atau bank sentral | Ditentukan oleh pasar valuta asing berdasarkan permintaan dan penawaran |
Stabilitas | Memberikan stabilitas nilai tukar dan prediktabilitas | Nilai tukar dapat berfluktuasi secara signifikan |
Kemandirian kebijakan moneter | Membatasi kemandirian kebijakan moneter | Memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam kebijakan moneter |
Kerentanan terhadap guncangan eksternal | Rentan terhadap guncangan eksternal | Lebih mampu menyesuaikan diri dengan guncangan eksternal |
Kesulitan dalam penyesuaian ekonomi | Sulit untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ekonomi global | Lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ekonomi global |
Biaya | Membutuhkan biaya tinggi untuk menjaga nilai tukar tetap | Biaya yang relatif rendah |
Kecocokan | Cocok untuk negara dengan ekonomi kecil dan terbuka | Cocok untuk negara dengan ekonomi besar dan terdiversifikasi |
Berikut adalah beberapa poin penting untuk dipertimbangkan dalam perbandingan ini:
- Fixed exchange rate dapat memberikan stabilitas dan prediktabilitas yang berharga bagi negara-negara yang baru berkembang atau memiliki ekonomi kecil dan terbuka. Hal ini dapat membantu menarik investasi asing dan mendorong perdagangan internasional.
- Flexible exchange rate menawarkan fleksibilitas yang lebih besar dalam kebijakan moneter, memungkinkan pemerintah untuk merespons guncangan ekonomi dengan lebih mudah. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan daya saing ekspor.
- Keputusan untuk memilih sistem nilai tukar yang tepat harus dipertimbangkan dengan cermat, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi, politik, dan sosial negara tersebut.
Selain tabel di atas, berikut adalah beberapa poin penting lainnya:
- Fixed exchange rate dapat membantu mengendalikan inflasi, karena impor menjadi lebih murah dan importir tidak dapat menaikkan harga secara mudah karena nilai tukar yang stabil.
- Flexible exchange rate dapat membantu meningkatkan efisiensi pasar valuta asing dan mendorong inovasi dalam industri jasa keuangan.
- Beberapa negara menggunakan sistem nilai tukar semi-tetap (semi-fixed exchange rate), di mana nilai tukar dipatok terhadap mata uang lain dengan fluktuasi yang terbatas.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Fixed Exchange Rate
Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dapat menjadi alat yang efektif untuk mencapai stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Namun, keberhasilan sistem ini sangat bergantung pada berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Berikut adalah beberapa faktor kunci yang memengaruhi keberhasilan fixed exchange rate:
1. Komitmen Politik dan Disiplin Fiskal:
- Komitmen politik yang kuat dari pemerintah dan bank sentral sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Hal ini berarti pemerintah harus siap melakukan intervensi di pasar valuta asing jika diperlukan dan harus disiplin dalam menjaga defisit anggaran dan utang publik.
- Disiplin fiskal yang ketat memastikan bahwa pemerintah tidak mengeluarkan uang lebih banyak daripada yang diterimanya. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan investor terhadap mata uang dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
2. Kebijakan Moneter yang Tepat:
- Kebijakan moneter yang tepat harus dijalankan untuk memastikan bahwa inflasi tetap terkendali. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen kebijakan moneter, seperti suku bunga, operasi pasar terbuka, dan persyaratan cadangan bank.
- Kebijakan moneter harus konsisten dengan kebijakan nilai tukar dan tidak boleh bertentangan dengan tujuan stabilitas ekonomi.
3. Fleksibilitas Pasar Tenaga Kerja:
- Pasar tenaga kerja yang fleksibel memungkinkan upah dan harga untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ekonomi. Hal ini penting untuk mencegah ketidakseimbangan ekonomi yang dapat membahayakan stabilitas nilai tukar.
- Kebijakan tenaga kerja yang kaku dapat menyebabkan pengangguran dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
4. Diversifikasi Ekonomi:
- Ekonomi yang terdiversifikasi lebih mampu menahan guncangan eksternal dan kurang rentan terhadap spekulasi mata uang. Hal ini karena tidak bergantung pada satu sektor atau industri tertentu.
- Ekonomi yang terkonsentrasi pada satu atau beberapa sektor rentan terhadap guncangan harga komoditas atau perubahan permintaan global.
5. Kepercayaan Investor:
- Kepercayaan investor terhadap mata uang dan stabilitas ekonomi sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan kebijakan ekonomi yang sound dan transparan.
- Ketidakpercayaan investor dapat menyebabkan spekulasi mata uang dan pelarian modal, yang dapat membahayakan stabilitas nilai tukar.
6. Koordinasi Internasional:
- Koordinasi internasional dengan negara-negara lain yang menerapkan sistem nilai tukar tetap dapat membantu menjaga stabilitas nilai tukar global. Hal ini dapat dilakukan melalui perjanjian bilateral atau multilateral.
- Kurangnya koordinasi internasional dapat menyebabkan ketidakstabilan nilai tukar global dan mengganggu perdagangan internasional.
7. Intervensi Pasar Valuta Asing yang Efektif:
- Pemerintah atau bank sentral dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga nilai tukar tetap pada tingkat yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan membeli atau menjual mata uang di pasar.
- Intervensi pasar valuta asing yang efektif membutuhkan cadangan mata uang asing yang besar dan kemampuan untuk memprediksi pergerakan pasar dengan akurat.
8. Kemampuan untuk Menyesuaikan Diri Terhadap Perubahan Ekonomi:
- Sistem nilai tukar tetap harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ekonomi jangka panjang, seperti perubahan struktur ekonomi atau pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan menyesuaikan nilai tukar secara berkala.
- Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ekonomi dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi dan membahayakan stabilitas nilai tukar.
Posting Komentar