Space Iklan Banner

Pengertian Inflasi Meliputi Penyebab, Dampak, & Cara Mengatasinya

Daftar Isi

Sumber Gambar : Kompas.com

Apa itu Inflasi?

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga ini menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang inflasi:

  • Bukan kenaikan harga satu atau dua barang: Inflasi terjadi ketika kenaikan harga meluas ke banyak barang dan jasa, bukan hanya satu atau dua barang saja.
  • Berbagai penyebab: Inflasi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran, peningkatan biaya produksi, kebijakan pemerintah, dan faktor eksternal seperti kenaikan harga minyak dunia.
  • Dampak negatif: Inflasi dapat berdampak negatif pada perekonomian dan masyarakat, seperti penurunan daya beli, ketidakpastian ekonomi, dan kesulitan dalam merencanakan keuangan.
  • Indikator utama: Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indikator utama yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. IHK menghitung perubahan harga rata-rata dari sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga.

Selain IHK, ada juga indikator lain yang digunakan untuk mengukur inflasi, seperti Indeks Harga Perdagangan Besar, Indeks Harga Produsen, Deflator Produk Domestik Bruto, dan Indeks Harga Aset.

Pemerintah dan bank sentral berupaya untuk mengendalikan inflasi agar tetap berada pada tingkat yang wajar dan stabil. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

 

Penyebab Inflasi

Salah satu penyebab inflasi adalah peredaran uang yang meningkat di masyarakat akibat merosotnya nilai mata uang. Hal tersebut membuat harga barang ikut naik.Semakin banyak uang yang beredar, maka nilai unit mata uang pun akan semakin berkurang. Akibatnya, harga barang dan jasa naik sementara daya beli masyarakat menurun.

Umumnya, fenomena peredaran uang yang tak terkendali tersebut disebabkan oleh kebijakan moneter yang longgar.Inflasi juga dapat disebabkan ketika permintaan barang atau jasa meningkat namun tidak diimbangi dengan pasokan yang mencukupi.Adapun inflasi bisa disebabkan oleh penawaran yang menurun akibat adanya kenaikan biaya produksi.

 

 

Berdasarkan sifatnya, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:

  1. Inflasi Merayap (Creeping Inflation): Inflasi jenis ini ditandai dengan kenaikan harga yang lambat dan stabil dalam jangka waktu yang panjang. Tingkat inflasi ini biasanya di bawah 10% per tahun. Inflasi merayap dianggap normal dan sehat dalam perekonomian yang sedang berkembang.

  2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation): Inflasi jenis ini memiliki tingkat kenaikan harga yang cukup tinggi dan cepat, biasanya antara 10% hingga 30% per tahun. Inflasi menengah dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan menyebabkan ketidakpastian.

  3. Inflasi Tinggi (Hyperinflation): Ini adalah jenis inflasi yang paling parah, dengan tingkat kenaikan harga yang sangat tinggi dan tidak terkendali, bahkan bisa mencapai ratusan atau ribuan persen per tahun. Hyperinflasi dapat menghancurkan sistem ekonomi dan menyebabkan krisis sosial.

Selain itu, ada juga beberapa jenis inflasi lain berdasarkan sifatnya, seperti:

  • Inflasi Demand-Pull: Terjadi ketika permintaan agregat melebihi penawaran agregat, sehingga harga-harga naik.
  • Inflasi Cost-Push: Terjadi ketika biaya produksi meningkat, sehingga produsen menaikkan harga barang dan jasa.
  • Inflasi Built-in: Terjadi ketika ekspektasi inflasi yang tinggi menyebabkan pekerja menuntut kenaikan upah, yang pada gilirannya mendorong kenaikan harga barang dan jasa.

Penting untuk memahami jenis-jenis inflasi ini agar dapat mengidentifikasi penyebab dan dampaknya terhadap perekonomian. Dengan demikian, pemerintah dan bank sentral dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi.

 

Jenis Inflasi Berdasarkan Determinan

 

Berdasarkan determinannya atau faktor penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis utama:

  1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-Pull Inflation):

    • Penyebab: Terjadi ketika permintaan agregat (total permintaan barang dan jasa) melebihi penawaran agregat (total pasokan barang dan jasa) dalam perekonomian. Hal ini bisa disebabkan oleh peningkatan konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, atau ekspor neto.
    • Contoh: Peningkatan permintaan mobil baru yang melebihi kapasitas produksi pabrik mobil dapat menyebabkan kenaikan harga mobil.
  2. Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation):

    • Penyebab: Terjadi ketika biaya produksi meningkat, sehingga produsen terpaksa menaikkan harga barang dan jasa untuk mempertahankan keuntungan. Kenaikan biaya produksi bisa disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku, upah pekerja, atau biaya energi.
    • Contoh: Kenaikan harga minyak dunia dapat menyebabkan kenaikan harga bahan bakar dan transportasi, yang pada gilirannya dapat mendorong kenaikan harga barang dan jasa lainnya.

Selain dua jenis utama di atas, ada juga beberapa jenis inflasi lain berdasarkan determinannya, antara lain:

  • Inflasi Impor: Terjadi ketika harga barang impor naik, sehingga mendorong kenaikan harga barang dan jasa dalam negeri.
  • Inflasi Upah: Terjadi ketika kenaikan upah pekerja mendorong kenaikan harga barang dan jasa.
  • Inflasi Ekspektasi: Terjadi ketika ekspektasi masyarakat terhadap inflasi yang tinggi mendorong mereka untuk meminta kenaikan upah dan harga, yang pada akhirnya benar-benar menyebabkan inflasi.

Memahami jenis-jenis inflasi berdasarkan determinannya sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang tepat dalam mengatasi masalah inflasi. Misalnya, jika inflasi disebabkan oleh tarikan permintaan, maka kebijakan yang tepat adalah mengurangi permintaan agregat, misalnya dengan menaikkan suku bunga atau mengurangi pengeluaran pemerintah. Sebaliknya, jika inflasi disebabkan oleh dorongan biaya, maka kebijakan yang tepat adalah mengatasi masalah kenaikan biaya produksi, misalnya dengan mencari sumber energi alternatif atau meningkatkan efisiensi produksi.

 

Jenis Inflasi Berdasarkan Asalnya

 

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis:

  1. Inflasi dari Dalam Negeri (Domestic Inflation):

    • Penyebab: Inflasi ini disebabkan oleh faktor-faktor internal dalam suatu negara, seperti:
      • Peningkatan permintaan agregat yang melebihi penawaran agregat.
      • Kenaikan biaya produksi akibat kenaikan upah, harga bahan baku, atau energi.
      • Kebijakan pemerintah yang kurang tepat, seperti defisit anggaran yang terus-menerus atau pencetakan uang baru yang berlebihan.
    • Contoh: Inflasi yang terjadi di Indonesia akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) atau kenaikan tarif dasar listrik (TDL).
  2. Inflasi dari Luar Negeri (Imported Inflation):

    • Penyebab: Inflasi ini disebabkan oleh faktor-faktor eksternal atau berasal dari luar negeri, seperti:
      • Kenaikan harga barang impor akibat inflasi di negara asal barang tersebut.
      • Depresiasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing, sehingga harga barang impor menjadi lebih mahal.
      • Kebijakan proteksionisme di negara lain yang membatasi ekspor barang tertentu ke negara kita.
    • Contoh: Inflasi yang terjadi di Indonesia akibat kenaikan harga minyak dunia atau depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Penting untuk memahami jenis-jenis inflasi berdasarkan asalnya agar dapat merumuskan kebijakan yang tepat dalam mengatasi masalah inflasi. Misalnya, jika inflasi disebabkan oleh faktor-faktor dalam negeri, maka kebijakan yang tepat adalah mengatasi masalah tersebut secara langsung, misalnya dengan meningkatkan produksi atau mengurangi konsumsi. Sebaliknya, jika inflasi disebabkan oleh faktor-faktor luar negeri, maka kebijakan yang tepat adalah mengurangi ketergantungan terhadap barang impor atau memperkuat nilai tukar mata uang domestik.

 

Dampak Inflasi

Inflasi memiliki berbagai dampak, baik negatif maupun positif, terhadap perekonomian dan masyarakat. Berikut adalah beberapa dampak utama inflasi:

Dampak Negatif:

  1. Menurunnya Daya Beli Masyarakat:
    • Kenaikan harga barang dan jasa secara umum menyebabkan nilai uang menurun, sehingga masyarakat dapat membeli lebih sedikit barang dan jasa dengan jumlah uang yang sama. Hal ini terutama merugikan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan tetap.
  2. KetidakpastianEkonomi:
    • Inflasi yang tinggi dan tidak stabil menciptakan ketidakpastian ekonomi, sehingga menyulitkan masyarakat dan pelaku usaha dalam membuat keputusan ekonomi jangka panjang, seperti investasi dan konsumsi.
  3. Menyulitkan Perencanaan Keuangan:
    • Inflasi yang tidak terduga dapat mengganggu perencanaan keuangan masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki tabungan atau investasi dengan tingkat bunga tetap. Nilai riil tabungan dan investasi tersebut akan tergerus oleh inflasi.
  4. Meningkatkan Ketimpangan Pendapatan:
    • Inflasi cenderung lebih merugikan masyarakat berpenghasilan rendah dan tetap, karena mereka memiliki lebih sedikit aset dan tabungan untuk melindungi diri dari kenaikan harga. Hal ini dapat memperburuk ketimpangan pendapatan.
  5. Menghambat Pertumbuhan Ekonomi:
    • Inflasi yang tinggi dan tidak stabil dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, karena menurunkan daya beli masyarakat, mengurangi investasi, dan meningkatkan ketidakpastian ekonomi.

Dampak Positif:

  1. Mendorong Produksi:
    • Dalam beberapa kasus, inflasi yang moderat dapat mendorong produsen untuk meningkatkan produksi, karena mereka mengharapkan harga akan terus naik di masa depan.
  2. Mengurangi Beban Utang Riil:
    • Inflasi dapat mengurangi beban utang riil (nilai utang yang disesuaikan dengan inflasi) bagi debitur, karena nilai uang yang mereka gunakan untuk membayar utang menurun.

Penting untuk dicatat bahwa dampak inflasi dapat bervariasi tergantung pada tingkat dan jenis inflasi, serta kondisi ekonomi dan sosial suatu negara.

Pemerintah dan bank sentral berusaha untuk mengendalikan inflasi agar tetap berada pada tingkat yang wajar dan stabil. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas ekonomi, melindungi daya beli masyarakat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

 

 Cara Mengatasi Inflasi

Mengatasi inflasi memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi antara pemerintah dan bank sentral. Berikut adalah beberapa cara mengatasi inflasi:

Kebijakan Moneter:

  • Menaikkan Suku Bunga Acuan: Bank sentral dapat menaikkan suku bunga acuan untuk mengurangi jumlah uang beredar dan mengendalikan permintaan agregat. Hal ini dapat menurunkan tekanan inflasi, tetapi juga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.
  • Operasi Pasar Terbuka: Bank sentral dapat menjual surat berharga negara (SBN) untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menyerap kelebihan likuiditas di pasar uang.
  • Peningkatan Cadangan Wajib Minimum (GWM): Bank sentral dapat meningkatkan GWM, yaitu persentase dana yang harus disimpan oleh bank umum di bank sentral, untuk mengurangi kemampuan bank umum dalam memberikan kredit dan mengendalikan jumlah uang beredar.

Kebijakan Fiskal:

  • Mengurangi Belanja Pemerintah: Pemerintah dapat mengurangi belanja untuk mengurangi permintaan agregat dan tekanan inflasi.
  • Menaikkan Pajak: Pemerintah dapat menaikkan pajak untuk mengurangi daya beli masyarakat dan mengendalikan permintaan agregat.
  • Pengelolaan Utang yang Baik: Pemerintah harus mengelola utang dengan baik agar tidak menimbulkan tekanan inflasi.

Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal:

  • Meningkatkan Produksi dan Pasokan: Pemerintah dapat mendorong peningkatan produksi dan pasokan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan yang meningkat dan mengurangi tekanan inflasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan insentif kepada produsen, meningkatkan investasi, dan memperbaiki infrastruktur.
  • Mengendalikan Harga: Dalam situasi tertentu, pemerintah dapat melakukan intervensi pasar dengan menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk beberapa barang kebutuhan pokok. Namun, kebijakan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu mekanisme pasar dan menyebabkan kelangkaan barang.
  • Meningkatkan Efisiensi Distribusi: Pemerintah dapat meningkatkan efisiensi distribusi barang dan jasa untuk mengurangi biaya transportasi dan distribusi, yang pada akhirnya dapat membantu menurunkan harga.
  • Mengendalikan Upah: Pemerintah dapat bekerja sama dengan serikat pekerja dan pengusaha untuk mengendalikan kenaikan upah agar tidak memicu spiral inflasi.
  • Mengelola Ekspektasi Inflasi: Pemerintah dan bank sentral perlu mengelola ekspektasi inflasi masyarakat agar tetap rendah dan stabil. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang jelas dan transparan tentang kebijakan ekonomi dan kondisi perekonomian.

Pendekatan Terkoordinasi:

Mengatasi inflasi memerlukan koordinasi yang baik antara pemerintah dan bank sentral. Kebijakan moneter dan fiskal harus saling mendukung dan melengkapi untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Selain itu, peran masyarakat juga penting dalam mengatasi inflasi. Masyarakat dapat membantu dengan cara berhemat, tidak melakukan pembelian panik, dan melaporkan praktik-praktik penimbunan barang atau spekulasi harga.

 

Posting Komentar

Space Iklan Banner